Jikasudah terinfeksi HIV, kemudian tidak segera diatasi, maka perkembangannya berlangsung cepat, namun kalau sejak awal sudah ditangani, maka virus HIV tidak berkembang ke tahapan yang lebih parah. Lalu, apa saja tahapan HIV hingga menjadi AIDS, laman Kementerian Kesehatan Indonesia memaparkan empat tahapan sebagai berikut: 1. Periode Jendela.

- Penyakti HIV AIDS muncul akibat virus yang menyerang dan menghancurkan sistem kekebalan tubuh manusia. Virus HIV terdapat dalam tubuh penderita, yakni di dalam aliran darah, cairan vagina, sperma atau getah penis. Pada ibu menyusui terdapat pada air susu ibu yang tertular HIV. HIV inilah yang menyebabkan munculnya penyakit AIDS Acquired Immune Deficiency Syndrome. AIDS bukanlah penyakit keturunan, melainkan karena sistem kekebalan tubuh penderita telah menurun sehingga menyebabkan penderita mudah tertular oleh berbagai macam penyakit. Maka dari itu, AIDS disebut juga sebagai sekumpulan penyakit yang disebabkan oleh virus. Seorang yang terkena HIV tidak akan menunjukan tanda-tanda seperti penyakit pada umumnya. Penderita akan tampak sehat dalam kurun waktu yang cukup lama, yaitu kira-kira 5-10 tahun. Penderita HIV tidak dapat dikenali hanya dengan melihatnya secara langsung, melainkan harus melakukan tes darah untuk membuktikannya. • CAIRAN TUBUH yang Tidak Bisa Menularkan HIV AIDS ? Penyebab Utama Penularan HIV atau AIDS Adalah ? Penyebab HIV AIDS Termasuk Retrovirus jenis Lentivitus Virus penyebab HIV/AIDS adalah golongan retrovirus. Setiap partikel di virus ini mengandung satu benang tunggal RNA. Setelah sel terinfeksi, maka virus ini bakalan membentuk replika RNA dan DNAnya. Seiring dengan bertambahnya replika virus dalam tubuh seseorang, jumlah sel limfosit CD4+ bakalan terus menurun. Sel limfosit CD4 sendiri adalah bagian dari sel darah putih yang bertugas menjaga kekebalan tubuh. HIVpenyebab AIDS termasuk retrovirus sebab virus tersebut A. melemahkan sistem kekebalan tubuh penderita B. menyerang sel darah putih limfosit manusia C. sintesis DNA dengan enzim transkriptase balik D. memiliki asam nukleat yang terbungkus kapsid E. replikasi diri hanya terjadi melalui siklus litik - AIDS adalah singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome. AIDS merupakan kumpulan gejala yang menunjukkan lemahnya tubuh akibat infeksi HIV yang ditandai beberapa infeksi oportunistik. Apa yang terjadi pada penderita AIDS? AIDS adalah sindrom yang disebabkan oleh infeksi HIV atau Human Immunodeficiency Virus. Dilansir dari Centers for Disease Control and Prevention CDC, perjalanan infeksi HIV menjadi AIDS terbagi menjadi tiga 1 Infeksi HIV akut Infeksi pada tahap awal ini ditandai dengan tingginya jumlah HIV di dalam tubuh penderita. Penderita mungkin hanya mengalami gejala ringan seperti flu biasa atau bahkan tidak sakit sama sekali. Gejala ini mungkin hilang tanpa pengobatan, namun virus HIV akan tetap berada di dalam tubuh penderita. Fase ini sering tidak disadari, namun sangat berbahaya. Pada tahap ini, penderita sangat mudah menularkan virus tersebut ke orang lain. Tahap 2 Infeksi HIV kronis Fase kedua ini disebut juga dengan infeksi HIV asimptomatik sebab tidak ada gejala yang benar-benar timbul. Virus di dalam tubuh penderita terus bereplikasi namun dalam jumlah yang rendah. Mendeteksi infeksi HIV secara dini, terutama di fase ini, sangat penting. Orang yang telah terdeteksi HIV dan menjalani pengobatan sejak tahap ini, biasanya tidak akan berlanjut ke tahap berikutnya, yaitu tahap akhir tahap kedua ini, jumlah HIV akan meningkat di dalam darah dan disertai dengan menurunnya imun tubuh. Tanda tersebut akan membawa penderita memasuki tahap ketiga, yaitu AIDS. Tahap 3 AIDS HIV sebagai penyebab AIDS akan mengakibatkan orang yang terinfeksi mengalami penurunan sel CD4. CD4 adalah bagian dari sistem imun yang berfungsi untuk mengaktifkan sel imun, seperti limfosit B, untuk melawan infeksi. HIV akan masuk ke dalam CD4, kemudian bereplikasi, dan menghancurkan CD4 dari dalam. Hal ini terus terjadi hingga titik dimana tubuh tidak cukup cepat untuk memproduksi CD4 untuk melawan HIV. Pada titik inilah pasien memasuki tahap ketiga, yaitu AIDS. AIDS adalah bentuk infeksi HIV yang paling parah dan ditandai dengan terdapat beberapa infeksi oportunistik. Tanpa perawatan, pasien AIDS biasanya bertahan sekitar tiga tahun. Baca juga Virus Penyebab AIDS dan Mekanisme HIV Membuat Pengidapnya Sakit Dilansir dari USCF Health, berikut adalah beberapa infeksi oportunistik yang banyak ditemukan pada pasien AIDS Otak enselopati, meningitis cryptococcal, toksoplasmosis Mata cytomegalovirus CMV Saluran pencernaan CMV, crypstosporidiosis Genital kandidiasis, herpes simplex, kanker serviks Hati hepatitis B dan C Paru-paru histoplasmosis, pnemonia rekuren, tuberkulosis Mulut dan tenggorokan kandidiasis Kelenjar getah bening Limfoma Non-Hodgkin Itu dia perjalanan perkembangan infeksi HIV menjadi AIDS, beserta gejala yang mungkin ditimbulkan pada tubuh. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel. AIDSadalah stadium akhir dari infeksi virus HIV. HIV secara drastis dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh, sehingga memungkinkan penyakit, bakteri, virus, dan infeksi lainnya menyerang tubuh Anda. Tidak seperti virus lainnya, tubuhmu tidak bisa menyingkirkan HIV sepenuhnya. Jika sudah terinfeksi HIV, maka Anda akan memiliki virus ini sepanjang Virus HIV terbagi menjadi dua tipe utama, yaitu HIV-1 dan HIV-2. Pada 90% kasus, infeksi HIV disebabkan oleh HIV-1. Sementara, HIV-2 diketahui hanya menyerang sebagian kecil orang, khususnya di Afrika Barat. Penularan HIV terjadi saat cairan tubuh penderita bisa darah, sperma, atau cairan vagina, masuk ke dalam tubuh orang lain. Hal ini dapat terjadi melalui berbagai cara berikut Hubungan seks Infeksi HIV dapat terjadi melalui hubungan seks baik melalui vagina maupun dubur seks anal. Meski sangat jarang, HIV juga dapat menular melalui seks oral. Namun, penularan lewat seks oral hanya terjadi bila terdapat luka terbuka di mulut penderita, misalnya akibat gusi mudah berdarah atau sariawan. Penggunaan jarum suntik Berbagi penggunaan jarum suntik dengan penderita HIV adalah salah satu cara yang dapat membuat seseorang tertular HIV. Penularan bisa terjadi jika berbagi pakai jarum suntik ketika menggunakan NAPZA atau saat membuat tato. Transfusi darah Penularan HIV dapat terjadi saat seseorang menerima donor darah dari penderita HIV. Namun, kemungkinan terjadinya penularan ini cukup rendah. Hal ini karena sekarang pendonor darah harus melewati skrining HIV dan infeksi lainnya terlebih dahulu. Selain melalui berbagai cara di atas, HIV juga bisa menular dari ibu hamil ke janin yang dikandungnya. Virus HIV juga dapat menular pada proses melahirkan, atau melalui air susu ibu saat proses menyusui. Perlu diketahui, HIV tidak menyebar melalui kontak kulit seperti berjabat tangan atau berpelukan dengan penderita. Penularan juga tidak terjadi melalui ludah, ciuman, gigitan, atau berbagi alat makan, kecuali bila penderita mengalami sariawan, gusi berdarah, atau memiliki luka terbuka di mulut. Faktor Risiko HIV dan AIDS HIV bisa menginfeksi semua orang dari segala usia. Akan tetapi, risiko tertular HIV lebih tinggi pada pria yang tidak disunat, baik pria heteroseksual atau lelaki seks lelaki. Selain itu, risiko tertular HIV juga lebih tinggi pada individu dengan sejumlah faktor berikut Melakukan hubungan seksual tanpa menggunakan kondom, melalui dubur anus, atau dengan berganti-ganti pasangan Menderita infeksi menular seksual IMS, misalnya sifilis, herpes, klamidia, gonore, dan vaginosis bakterialis, karena sebagian besar IMS menyebabkan luka terbuka di kelamin penderita Menggunakan NAPZA suntik, karena umumnya pelaku narkoba akan saling berbagi jarum suntik Menerima suntikan, transfusi darah, transplantasi jaringan, dan prosedur medis yang tidak steril atau tidak dilakukan oleh tenaga profesional Bekerja sebagai petugas kesehatan, karena berisiko mengalami cedera akibat tidak sengaja tertusuk jarum suntik
Viruspenyebab HIV/AIDS adalah golongan retrovirus. Setiap partikel di virus ini mengandung satu benang tunggal RNA. Setelah sel terinfeksi, maka virus ini bakalan membentuk replika RNA dan DNAnya. Seiring dengan bertambahnya replika virus dalam tubuh seseorang, jumlah sel limfosit CD4+ bakalan terus menurun.
Pengertian HIV dan AIDS HIV Human Immunodeficiency Virus adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh yang dapat melemahkan kemampuan tubuh melawan infeksi dan penyakit. AIDS Acquired Immune Deficiency Syndrome adalah kondisi di mana HIV sudah pada tahap infeksi akhir. Ketika seseorang sudah mengalami AIDS, tubuh tidak lagi memiliki kemampuan untuk melawan infeksi yang ditimbulkan. Dengan menjalani pengobatan tertentu, pengidap HIV bisa memperlambat perkembangan penyakit ini, sehingga pengidap HIV bisa menjalani hidup dengan normal. Penyebab HIV dan AIDS Di negara Indonesia, penyebaran dan penularan HIV paling banyak disebabkan melalui hubungan intim yang tidak aman dan bergantian menggunakan jarum suntik yang tidak steril saat memakai narkoba. Seseorang yang terinfeksi HIV dapat menularkannya kepada orang lain, bahkan sejak beberapa minggu sejak tertular. Semua orang berisiko terinfeksi HIV. Faktor Risiko HIV dan AIDS Kelompok orang yang lebih berisiko terinfeksi, antara lain Orang yang melakukan hubungan intim tanpa kondom, baik hubungan sesama jenis maupun yang sering membuat tato atau melakukan yang terkena infeksi penyakit seksual narkotika yang berhubungan intim dengan pengguna narkotika suntik. Baca selengkapnya Ketahui, Ini Penyebab Penularan HIV/AIDS pada Anak Gejala HIV dan AIDS Gejala HIV dan AIDS tergantung pada tahap mana orang tersebut terinfeksi. Tahap Pertama Tidak menimbulkan gejala apapun selama beberapa akan mengalami nyeri mirip, seperti flu, beberapa minggu setelah terinfeksi, selama satu hingga dua demam, nyeri tenggorokan, ruam, pembengkakan kelenjar getah bening, diare, kelelahan, nyeri otot, dan sendi. Tahap Kedua Umumnya, tidak menimbulkan gejala lebih lanjut selama terus menyebar dan merusak sistem kekebalan infeksi sudah bisa dilakukan pengidap kepada orang hingga 10 tahun atau lebih. Tahap Ketiga Daya tahan pengidap rentan, sehingga mudah sakit, dan akan berlanjut menjadi terus-menerus lebih dari sepuluh lelah setiap yang berat dan dalam jangka waktu yang infeksi jamur pada tenggorokan, mulut, dan bintik ungu pada kulit yang tidak akan nafsu makan, sehingga berat badan turun drastis. Diagnosis HIV dan AIDS Tes HIV harus dilakukan untuk memastikan seseorang mengidap HIV atau tidak. Pemeriksaan yang dilakukan sebagai langkah diagnosis adalah dengan mengambil sampel darah atau urine pengidap untuk diteliti di laboratorium. Jenis pemeriksaan untuk mendeteksi HIV, antara lain Tes antibodi Tes ini bertujuan mendeteksi antibodi yang dihasilkan tubuh untuk melawan infeksi HIV. Meski akurat, perlu waktu 3-12 minggu agar jumlah antibodi dalam tubuh cukup tinggi untuk terdeteksi saat pemeriksaan. Tes antigen Tes antigen bertujuan mendeteksi protein yang menjadi bagian dari virus HIV, yaitu p24. Tes antigen tersebut dapat dilakukan 2-6 minggu setelah pengidap yang dicurigai terinfeksi HIV. Jika skrining menunjukkan pengidap terinfeksi HIV HIV positif, pengidap perlu menjalani tes selanjutnya. Tujuannya untuk memastikan hasil skrining, membantu dokter mengetahui tahap infeksi yang diderita, serta menentukan metode pengobatan yang tepat. Tes ini dilakukan dengan mengambil sampel darah pengidap, untuk selanjutnya diteliti di laboratorium. Tes tersebut, antara lain Hitung sel CD4 CD4 adalah bagian dari sel darah putih yang dihancurkan oleh HIV. Jumlah CD4 normal berada dalam rentang 500–1400 sel per milimeter kubik darah. AIDS terjadi jika hasil hitung sel CD4 di bawah 200 sel per milimeter kubik darah. Pemeriksaan viral load HIV RNA Bertujuan untuk menghitung RNA, bagian dari virus HIV yang berfungsi menggandakan diri. Jumlah RNA yang lebih dari kopi per mililiter darah, menandakan infeksi HIV baru saja terjadi atau tidak tertangani. Sedangkan jumlah RNA yang berada di bawah kopi per mililiter darah, menunjukan perkembangan virus yang tidak terlalu cepat, tetapi kerusakan pada sistem kekebalan tubuh tetap terjadi. Tes resitensi kekebalan Dilakukan untuk menentukan obat anti HIV jenis apa yang tepat bagi pengidap. Hal ini dikarenakan beberapa pengidap memiliki resistensi terhadap obat tertentu. Kini kamu bisa melakukan pemeriksaan HIV dari rumah dengan layanan Halodoc Home Lab tersedia di Jabodetabek dan Surabaya atau buat janji pemeriksaan HIV di rumah sakit pilihanmu di Halodoc. Pengobatan HIV dan AIDS Meskipun sampai saat ini belum ada obat untuk menyembuhkan HIV, tetapi ada jenis obat yang dapat memperlambat perkembangan virus. Jenis obat ini disebut antiretroviral ARV. ARV bekerja dengan menghilangkan unsur yang dibutuhkan virus HIV untuk menggandakan diri dan mencegah virus HIV menghancurkan sel CD4. Jenis obat ARV memiliki berbagai varian, antara lain Etravirine, Efavirenz, Lamivudin, Zidovudin, dan juga Nevirapine. Selama mengonsumsi obat antiretroviral, dokter akan memonitor jumlah virus dan sel CD4 untuk menilai respons pengidap terhadap pengobatan. Hitung sel CD4 akan dilakukan tiap 3–6 bulan. Sedangkan pemeriksaan HIV RNA, dilakukan sejak awal pengobatan, lalu dilanjutkan tiap 3–4 bulan selama masa pengobatan. Agar perkembangan virus dapat dikendalikan, pengidap harus segera mengonsumsi ARV begitu didiagnosis mengidap HIV. Risiko pengidap HIV untuk terserang AIDS akan semakin besar jika pengobatan ditunda, karena virus akan semakin merusak sistem kekebalan tubuh. Selain itu, penting bagi pengidap untuk mengonsumsi ARV sesuai petunjuk dokter. Konsumsi obat yang terlewat hanya akan membuat virus HIV berkembang lebih cepat dan memperburuk kondisi pengidap. Segera minum obat jika jadwal konsumsi obat pengidap dan tetap ikuti jadwal berikutnya. Namun jika dosis yang terlewat cukup banyak, segera bicarakan dengan dokter. Kondisi pengidap juga memengaruhi resep atau dosis yang sesuai. Dokter juga dapat menggantinya sesuai dengan kondisi pengidap. Selain itu, pengidap juga boleh untuk mengonsumsi lebih dari 1 obat ARV dalam sehari. Komplikasi HIV dan AIDS Infeksi HIV melemahkan sistem kekebalan membuat orang yang terinfeksi lebih mungkin untuk mengembangkan banyak infeksi dan jenis kanker tertentu. Komplikasi HIV dan AIDS yang bisa terjadi adalah Pneumocystis Pneumonia PCP Infeksi jamur PCP dapat menyebabkan komplikasi pneumonia parah. Kandidiasis sariawan Kandidiasis adalah komplikasi dari HIV yang dapat menyebabkan peradangan dan memicu pertumbuhan lapisan putih tebal di mulut, lidah, kerongkongan atau vagina. Tuberkulosis TB TB adalah infeksi oportunistik umum yang terkait dengan HIV. Di seluruh dunia, TB adalah penyebab utama kematian di antara orang-orang dengan AIDS. Sitomegalovirus Sistem kekebalan yang sehat dapat menonaktifkan virus, tetapi jika sistem kekebalan melemah, virus bisa muncul kembali dan menyebabkan kerusakan pada mata, saluran pencernaan, paru-paru, atau organ lainnya. Meningitis kriptokokus Meningitis adalah peradangan pada selaput dan cairan yang mengelilingi otak dan sumsum tulang belakang meninges. Meningitis kriptokokus adalah infeksi sistem saraf pusat umum yang terkait dengan HIV, yang disebabkan oleh jamur yang ditemukan di tanah. Toksoplasmosis Infeksi yang berpotensi mematikan ini disebabkan oleh Toxoplasma gondii, parasit yang disebarkan terutama oleh kucing. Kucing yang terinfeksi menyebarkan parasit di tinja mereka, yang dapat menyebar ke hewan lain dan manusia. Toksoplasmosis dapat menyebabkan penyakit jantung, dan kejang terjadi ketika menyebar ke otak. Limfoma Limfoma adalah komplikasi kanker yang umumnya terjadi sebagai akibat dari HIV/AIDS. Tanda awal paling umum dari kondisi limfoma adalah pembengkakan kelenjar getah bening tanpa rasa sakit di leher, ketiak, atau selangkangan. Sarkoma kaposi Sarkoma kaposi juga tumor yang kerap muncul sebagai komplikasi dari infeksi HIV/AIDS. Sarkoma kaposi dapat memengaruhi organ dalam, termasuk saluran pencernaan dan paru-paru. Kanker terkait HPV Ini adalah kanker yang disebabkan oleh infeksi human papillomavirus HPV dan bisa terjadi pada area anal, mulut, dan serviks. Sindrom wasting HIV/AIDS yang tidak diobati dapat menyebabkan penurunan berat badan yang signifikan, sering disertai dengan diare, kelemahan kronis dan demam. Komplikasi neurologis HIV/AIDS dapat menyebabkan gejala neurologis seperti kebingungan, pelupa, depresi, kecemasan dan kesulitan berjalan. Gangguan neurokognitif terkait HIV/AIDS berkisar dari gejala ringan perubahan perilaku dan penurunan fungsi mental hingga demensia parah yang menyebabkan kelemahan dan ketidakmampuan untuk berfungsi. Penyakit ginjal Nefropati terkait HIV adalah peradangan pada filter kecil di ginjal yang menghilangkan kelebihan cairan dan limbah dari darah untuk kemudian diteruskan ke urine. Penyakit hati Penyakit hati juga merupakan komplikasi utama dari HIV/AIDS. Baca juga Jangan Keliru, Ketahui Perbedaan HIV dan AIDS Pencegahan HIV dan AIDS Ada berbagai upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah penularan HIV dan AIDS, antara lain Gunakan kondom yang baru setiap berhubungan berhubungan intim dengan lebih dari satu jujur kepada pasangan jika mengidap positif HIV, agar pasangan juga menjalani tes dengan dokter jika didiagnosis positif HIV saat hamil, mengenai penanganan selanjutnya, dan perencanaan persalinan, untuk mencegah penularan dari ibu ke untuk mengurangi risiko infeksi menduga baru terinfeksi atau tertular virus HIV, seperti setelah melakukan hubungan intim dengan pengidap HIV, maka harus segera ke dokter. Tujuannya agar mendapatkan obat post-exposure prophylaxis PEP yang dikonsumsi selama 28 hari dan terdiri dari 3 obat antiretroviral. Untuk mengetahui lebih dalam mengenai upaya lanjutan sebagai pencegahan HIV/AIDS, jangan ragu untuk tanyakan langsung melalui chat dokter Halodoc berpengalaman.✔️ Kapan Harus ke Dokter? Bila kamu atau anggota keluarga ada yang mengalami gejala-gejala di atas, segera periksakan diri ke dokter untuk mendapatkan saran dan penanganan yang tepat. Referensi Diakses pada 2022. What Are HIV and AIDS? Mayo Clinic. Diakses pada 2022. HIV/AIDS Diperbarui pada 11 Mei 2022.
Gejalapertama dari HIV mirip dengan infeksi virus lain, antara lain: Demam. Sakit kepala. Kelelahan. Nyeri otot. Kehilangan berat badan. Pembengkakan kelenjar getah bening di tenggorokan, ketiak, atau pangkal paha. Jika HIV dibiarkan, kondisi ini dapat mengarah ke penyakit AIDS dengan gejala lebih parah. Dipublish tanggal Feb 22, 2019 Update terakhir Nov 9, 2020 Tinjau pada Jun 13, 2019 Waktu baca 6 menit "HIV/AIDS" kenapa penulisannya demikian, karena memang ini merupakan dua kondisi medis yang saling berkaitan. HIV/AIDS adalah penyakit yang mempengaruhi sistem kekebalan tubuh manusia, di mana sistem kekebalan tubuh yang menjadi benteng perelindungan tubuh terhadap penyakit, menjadi rusak karenanya. Acquired Immune Deficiency Syndrome disingkat AIDS adalah kondisi tahap akhir dari infeksi Human Immunodeficiency Virus HIV. Jika seseorang memiliki HIV positif dan tidak diobati, maka kondisi akan memburuk dan akan menjadi penyakit AIDS di mana sistem kekebalan tubuh begitu terganggu sehingga berhenti bekerja defisiensi. Sistem kekebalan tubuh tidak mampu lagi melindungi seseorang dari penyakit atau infeksi. Penyakit HIV/AIDS ini menjadi momok yang mengerikan karena virus penyebabnya dapat ditularkan dari orang dengan HIV positif melalui pertukaran cairan tubuh, yakni melalui hubungan seksual, transfusi darah, penggunaan jarum suntik terkontaminasi atau menular dari ibu ke anak selama kehamilan. Meskipun belum ada obat yang bisa menyembuhkan HIV/AIDS, obat ART telah terbukti sangat efektif menghambat perkembangan penyakit ini. Penyebab HIV AIDS dan Cara Penularan Mencegah lebih baik daripada mengobati, itulah kata-kata yang pas dalam kondisi ini. Virus HIV mudah menyebar melalui hal-hal di bawah ini Berhubungan seksual dengan penderita HIV positif tanpa pelindung kondom Berisiko tinggi pada orang yang memiliki partner seksual yang banyak berganti-ganti pasangan Transfusi darah yang terkontaminasi Penggunaan jarum suntik yang terkontaminasi atau bersama-sama Penggunaan pernak-pernik yang tidak aman, misalnya tindik dengan alat yang tidak steril, atau menggambar tato dengan alat terkontaminasi. Ibu ke anak saat dalam kandungan, kelahiran, menyusui Virus HIV tidak dapat bertahan lama di luar tubuh manusia dan mati dengan cepat ketika cairan tubuh telah mengering. Inilah sebabnya mengapa HIV tidak dapat disebarkan oleh serangga, tidak dapat menyebar seperti virus flu memegang permukaan fasilitas umum, batuk, bersin, dll Gejala HIV/AIDS Gejala HIV dapat bervariasi dari orang ke orang. Pada tahap awal, beberapa orang mengalami gejala penyakit yang mirip dengan flu seperti demam, sakit kepala atau sakit tenggorokan selama beberapa minggu lalu gejala menghilang. Seseorang yang terinfeksi HIV bisa bertahan selama bertahun-tahun bahkan tanpa mengembangkan gejala apapun. Apabila hal ini dibiarkan selama bertahun-tahun, maka kondisi bisa memburuk hingga akhir sistem kekebalan tubuh menjadi lumpuh dan bisa berlahir ke tahap penyakit berikutnya yaitu AIDS. Pada penyakit AIDS seseorang akan sangat rentan terkena penyakit infeksi, yang kita kenal dengan istilah infeksi oportunistik terjadi ketika daya tahan tubuh lemah, padahal jika daya tahan tubuh normal infeksi ini tidak berbahaya. Infeksi oportunistik pada orang dengan AIDS dapat mempengaruhi hampir semua organ tubuh dan inilah yang membuat penyakit AIDS menjadi membahayakan. Beberapa gejala dan ciri-ciri HIV yang telah berubah menjadi AIDS meliputi Demam terus menerus. Kelelahan ekstrim yang tidak berhubungan dengan stres atau kurang tidur. Diare persisten terus menerus. Berat badan menjadi turun gizi buruk. Pembengkakan kelenjar getah bening di leher, pangkal paha, dan lain-lain. Sakit atau sulit menelan. Sering mengalami sariawan, atau sariawan tak kunjung sembuh. Sakit kepala, kebingungan dan pelupa Peningkatan risiko terkena berbagai jenis kanker seperti sarkoma kaposi, limfoma, kanker serviks, dan lain-lain. Namun walaupun HIV/AIDS sangat berbahaya dan sangat menular, kita tidak boleh mengucilkan penderita HIV/AIDS dan masih bisa beraktivitas sebagaimana orang normal, karena HIV/AIDS tidak akan tertular melalui Orang bersalaman Berciuman Orang berpelukan Makan bersama / piring dan gelas Tinggal serumah Gigitan Nyamuk Stadium HIV/AIDS Stadium satu Infeksi akut atau seroconvertion Terdapat dua hingga enam minggu masa jeda window periode setelah terpapar dengan human immunodeficincy virus yang mana orang tersebut menjadi terinfeksi. Selama stadium ini, tubuh berusaha untuk melawan virus, hingga menyebabkan gejala awal yang seringkali mirip dengan gejala flu. Stadium ini biasanya berlangsung satu hingga dua minggu dan diikuti oleh stadium tanpa gejala. Stadium dua Stadium Asimptomatis/Tanpa Gejala Jika gejala awal terlalui, hal ini berarti sudah melewati stadium kedua. Infeksi saat ini mengambil kendali tubuh saat sistem kekebalan tubuh kalah dalam perlawanan sepenuhnya. Hal ini biasanya terjadi dalam periode yang lama, kadang berlangsung selama sepuluh tahun atau lebih lama, dan selama itu pasien tidak merasakan gejala sama sekali. Namun di dalam tubuh, virus secara bertahap menyerang sel-T CD4, yang seharusnya secara normal berada di antara 450 hingga 1400 sel per mikroliter. Ini adalah stadium dimana banyak individu yang terinfeksi tanpa diketahui menularkan virus tersebut ke orang lain. Stadium Tiga AIDS Stadium ketiga secara luas dikenal sebagai AIDS, yang merupakan stadium akhir infeksi ini. Faktor yang menentukan stadium ini adalah saat jumlah sel CD4 turun hingga dibawah 400 per mikroliter. Bila ada tanda-tanda seperti gejala HIV/AIDS segera hubungi tenaga ahli dan melakukan pemeriksaan lebih lanjut. Tidak semua dokter memiliki keahlian atau terlatih dalam menangani HIV atau AIDS, tetapi dokter umum dapat mendiagnosa penyakit dan menyingkirkan kemungkinan penyakit lainnya. Diagnosis Semua jenis pemeriksaan atau tes HIV untuk menegakkan diagnosis didasarkan pada dasar-dasar imunologi. Berikut ini beberapa informasi singkat tentang tes lanjutan untuk diagnosis HIV/AIDS Tes untuk mendeteksi antigen HIV Tes untuk mendeteksi antibodi terhadap HIV Uji ELISA Uji diferensiasi antibodi Uji Western blot Tes antigen p24 PCR untuk tes HIV RNA plasma Langkah Pengobatan Ada dua tujuan utama dari pengobatan HIV, yaitu mencegah virus merusak sistem kekebalan tubuh dan menunda atau menghentikan perkembangan infeksi. Hal ini dapat dicapai melalui Obat Antiretroviral ARV yang digunakan untuk mengobati dan mencegah infeksi HIV bekerja dengan cara menghentikan atau mengganggu reproduksi virus dalam tubuh. ARV tidak menyembuhkan infeksi HIV melainkan untuk mencegah replikasi virus lebih lanjut sehingga dengan demikian dapat memperkuat sistem kekebalan tubuh untuk melawan infeksi. Obat ini harus diminum secara teratur pada waktu yang tepat setiap hari. Jika tidak, akan membuat virus bermutasi dan menyebabkan resistensi terhadap pengobatan. Di samping pengobatan dengan antiretroviral, orang dengan HIV sangat membutuhkan konseling dan dukungan psikososial. Kualitas hidup juga yang tinggi juga perlu dipertahankan dengan kebersihan dasar, nutrisi yang cukup dan air bersih. Komplikasi Orang dengan AIDS sangat rentan terhadap infeksi. Beberapa jenis infeksi dan penyakit berikut ini sering menyerang orang dengan HIV/AIDS Tuberkulosis TBC Herpes Simplex Sarkoma Kaposi Limfoma Pneumonia Pneumocystis PCP Sariawan Infeksi cytomegalovirus CMV Toksoplasmosis Cara Mencegah HIV/AIDS Dengan membatasi paparan faktor risiko, kita dapat mengurangi risiko terkana infeksi HIV. Langkah-langkah pencegahan yang dapat kita lakukan meliputi Penggunaan kondom dengan benar dan konsisten saat berhubungan seksual yang penuh dengan resiko. Setia dengan pasangan, hindari berganti-ganti partner. Bagi tenaga medis, gunakan alat pelindung diri saat menolong pasien contohnya menggunakan sarung tangan. Minum obat ARV segera setelah 'berhubungan' ketika diketahui bahwa pasangan positif HIV, atau seorang tenaga medis yang terluka oleh alat-alat medis yang dicurigai terkontaminasi. Obat antiretroviral digunakan dalam waktu 72 jam setelah paparan HIV untuk mencegah infeksi. Penularan Ibu ke Bayi selama kehamilan, persalinan atau menyusui dapat sepenuhnya dicegah jika ibu dan anak diberikan obat antiretroviral Sunat atau khitan pada laki-laki dapat mengurangi risiko infeksi HIV pada pria sekitar 60%. Penggunaan alat-alat steril yang menimbulkan perlukaan pada tubuh, misalnya jarum suntik, pisau bedah, dan sebagainya. 10. Fakta-fakta tentang HIV/AIDS HIV/AIDS adalah masalah kesehatan yang meresahkan seluruh dunia. Ada 32juta orang terjangkit HIV/AIDS per 2016 di seluruh dunia HIV tidak sama dengan AIDS HIV/AIDS belum bisa disembuhkan dan tidak ada vaksin yang dapat mencegah penularan HIV. Semua suku,ras,sex,etnis,orientasi sexual memiliki kemungkinan yang sama besar dalam terjangkit HIV/AIDS Penularan HIV/AIDS paling banyak tertular melalui jarum suntik, termasuk tato dan pemasangan anting. Dan yang ke2 adalah melalui hubungan seksual. HIV merupakan penyumbang terbesar dalam infeksi TBC di seluruh dunia. HIV/AIDS tidak akan tertular dengan cara memakai peralatan makan yang sama, gigitan nyamuk atau berenang di kolam renang yang sama dengan penderita HIV/AIDS. Walaupun tidak bisa disembuhkan, namun HIV/AIDS bisa ditangani dengan konsumsi obat ARV yang dikonsumsi seumur hidup. Saat ini kemungkinan penularan HIV/AIDS dari ibu ke bayi bisa diminimalisasi hingga 1% Saat seseorang tertusuk jarum suntik yang mengandung virus HIV, infeksi HIV bisa dicegah dengan pemberian ARV profilaksis sama seperti terapi ARV pada pasien HIV selama 6 bulan dan diskrining tiap 1 bulan sekali, walaupun tidak menjamin 100% bebas dari infeksi. Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat PenyebabAIDS. AIDS disebabkan oleh HIV. Seseorang tidak bisa terkena AIDS jika mereka tidak tertular HIV. Penting untuk Moms ketahui, bahwa rata-rata orang yang sehat memiliki jumlah CD4 (jenis sel darah putih) 500 dengan jumlah mencapai 1.500/mm kubik. Jika tidak diatasi dengan baik, maka virus HIV ini akan terus berkembang kemudian akan
PesakitHIV mudah untuk mendapat jangkitan kuman disebabkan sistem ketahanan badan lemah. Sekiranya tidak mendapatkan rawatan, gejala AIDS akan muncul dalam 8-15 tahun. Gejala-gejala tersebut adalah seperti berikut: ruam. jangkitan sistem pernafasan. jangkitan paru-paru yang teruk dan batuk kering. cirit-birit yang kronik.
Seseorangdapat didiagnosis mengidap penyakit AIDS ketika infeksi dari virus HIV sudah mencapai tahap atau stadium akhir. Alasannya, penyakit AIDS baru bisa dideteksi ketika virus HIV telah berhasil melumpuhkan sistem imun tubuh seseorang sepenuhnya. Hingga kini, obat atau vaksin untuk menyembuhkan infeksi dari virus ini masih belum ditemukan.
W1U8M7W.
  • 3kv0gju1dw.pages.dev/18
  • 3kv0gju1dw.pages.dev/437
  • 3kv0gju1dw.pages.dev/467
  • 3kv0gju1dw.pages.dev/448
  • 3kv0gju1dw.pages.dev/287
  • 3kv0gju1dw.pages.dev/395
  • 3kv0gju1dw.pages.dev/490
  • 3kv0gju1dw.pages.dev/417
  • hiv penyebab aids termasuk retrovirus sebab virus tersebut